Meretas ‘Cap’ Konsumen Terhadap Pesantren: Lahirnya Santrichain Sebagai Kehendak Subjektif yang Luar Biasa

Pameran Santrichain pada acara 'Halal World 2023'
pameran Santrichain pada acara 'Halal World 2023'

Bukan barang baru bahwasanya kalangan umat islam menjadi populasi terbanyak negeri ini. Dari 278,69 juta jiwa (BPS, 2023) penduduk Indonesia, 236 juta jiwa diantaranya atau 84,35% merupakan seorang muslim. Hal ini kerap kali memunculkan perspektif dalam berbisnis bahwa pasar kalangan umat muslim ini sangat luar biasa potensinya.

Di dalam tradisi pendidikan islam kita juga mengenal pondok pesantren yang menjadi basis pendidikan islam dari zaman klasik hingga kini. Bahkan pondok pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat sentral tatkala Indonesia sedang berjuang memperebutkan kemerdekaannya. Lama berselang, kini pesantren bukan hanya menjadi basis pendidikan islam tetapi juga menjadi salah satu kekuatan ekonomi di negeri kita.

Secara statistik, jumlah pesantren di Indonesia yang tercatat saat ini mencapai 39.167 lembaga dengan total 4,85 juta populasi santri. Ini menegaskan bahwasanya pasar pondok pesantren itu memang sangat besar.

Sampai Kapan Pesantren Hanya dipandang Sebagai Pasar?

Pesantren di Indonesia memang mengalami berbagai problematika dalam menghadapi tantangan zaman di dunia bisnis, diantaranya ialah kapasitas sumber daya manusia.

Kultur pesantren yang “tawadhu” atau rendah hati terkadang menyulitkan munculnya inovasi-inovasi baru dalam berbisnis. Hal ini kemudian mengakibatkan pesantren hanya dipandang sebagai potensi pasar ekonomi ketimbang kita memandang dengan cara terbalik bahwa kita bisa memainkan peran sebagai penggerak roda ekonomi — minimal untuk kalangan kita sendiri.

Ahmad Luthfi, CEO Santrichain pada acara 'Halal World 2023'

Kehendak Subjektif yang Luar Biasa — Lahirnya Santrichain

Sejak sewindu terakhir, circa 2016 sebetulnya ide untuk membentuk suatu ekosistem berkelanjutan pesantren ini muncul. Ahmad Luthfi yang merupakan inisiator ini pun kemudian terus mencari jalan untuk melaksanakan idealisme nya tersebut, hingga akhirnya pada tahun 2023 lahirlah sebuah agregator bisnis pesantren yang kita kenal sebagai Santrichain.

Sebagai perusahaan yang memegang konsep keberlanjutan, Santrichain lahir bukan semata-mata ingin untung, tetapi juga ingin menginternalisasi nilai-nilai kebaikan yang ada di dalamnya.

Santrichain mengemban misi besar yang harus disukseskan bersama-sama. Tujuan besar itu ialah membawa entitas pesantren menjadi pemain global yang berdampak pada kemaslahatan jam’iyyah. Dengan begitu, ‘cap’ pesantren yang selama ini hanya dikategoriasasikan sebagai pangsa pasar produsen global perlahan akan naik kelas di dalam ekosistem rantai makanan tertinggi — produsen.

Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, melainkan sebuah bentuk kecintaan yang besar terhadap jam’iyyah, bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia.

Hebat! Selanjutnya, lengkapi pembayaran untuk akses penuh ke Belajar Jadi Santriprenuer.
Selamat datang kembali! Anda berhasil masuk.
Anda berhasil berlangganan Belajar Jadi Santriprenuer.
Sukses! Akun Anda sudah sepenuhnya diaktifkan, sekarang Anda memiliki akses ke semua konten.
Sukses! Informasi tagihan Anda telah diperbarui.
Tagihan Anda tidak diperbarui.